Sebelum 10 November, Banjarmasin Lebih Dulu Berjuang, Berikut 9 Pejuang Banjarmasin Yang Patut Diteladani

hallobanua.com, BANJARMASIN - Tepat tanggal 10 November 2024 hari ini, pemerintah Indonesia memperingati Hari Pahlawan Nasional.

Pada tanggal 10 November 1945 lalu, terjadi pertempuran sengit di Surabaya, Jawa Timur yang merupakan pertempuran besar antara pihak tentara Indonesia dan pasukan Inggris.

Pertempuran itu merupakan perang pertama pasukan Indonesia dengan pasukan asing setelah Proklamasi Kemerdekaan Indonesia dan satu pertempuran terbesar dan terberat dalam sejarah Revolusi Nasional Indonesia yang menjadi simbol nasional atas perlawanan Indonesia terhadap kolonialisme.

Namun tahukah jika pada tanggal 9 Novembernya, juga ada catatan sejarah pertempuran di Kalimantan Selatan, tepatnya di Kota Banjarmasin.

Satu hari sebelum peristiwa pertempuran 10 November 1945 di Kota Surabaya, perlawanan terhadap tentara sekutu yang ingin kembali menguasai Indonesia yang baru merdeka sekitar 3 bulan berlangsung juga sengit terjadi di Kota Banjarmasin.

Tercatat ada 9 pejuang Barisan Pemberontakan Republik Indonesia Kalimantan (BPRIK) yang gugur dalam penyerangan besar-besaran ke markas tentara Netherlands Indies Civil Administration (NICA) atau Pemerintahan Sipil Hindia Belanda yang berlokasi di Jalan D.I Pandjaitan, Kecamatan Banjarmasin Tengah, yang saat ini sudah diketahui sebagai eks Markas Komando (Mako) Polda Kalimantan Selatan.

Para pejuang dari Banjarmasin tersebut yakni Badran (22), Badrun (27), Utuh (58), Umar (58), Ta'im (58), Jumain (57), Sepa (56), Dullah (56) dan Pak Ma'ruf (45).

Kesembilan nama itu saat ini diabadikan di dua tempat, yakni di Monumen 9 November 1945 di Jalan Banua Anyar dan di prasasti kecil di Jalan D.I. Pandjaitan atau tepat di depan Kantor Pelayanan Kekayaan Negara dan Lelang (KPKNL) Banjarmasin.

Penyerangan berlangsung pada Jumat siang, tak lama setelah salat Jumat berakhir. 

Dari catatan sejarah, pertempuran yang melibatkan banyak pejuang dari berbagai penjuru Kota Banjarmasin itu berlangsung hingga petang.

Tidak hanya menggunakan senjata api, para pejuang juga menggunakan senjata tradsional, seperti mandau dan parang, untuk mempertahankan kemerdekaan Indonesia yang ingin kembali direbut oleh penjajah.

Meski hanya dengan senjata sederhana dan tidak seimbang karena tentara NICA mengerahkan senjata otomatis dan panser-pansernya, akan tetapi semangat perjuangan itu patut dirawat dan dipupuk sampai nanti dan diceritakan turun temurun.

Imur, salah satu warga Pengambangan mengaku jika setiap tanggal 10 November, Pemko Banjarmasin bersama jajaran Forkopimda Banjarmasin akan mengadakan upacara di Tugu 9 November, Jl. 9 November RT. 11, Kelurahan Benua Anyar, Kecamatan Banjarmasin Timur.

"Tiap tahun pasti ada upacara disini bersama anak-anak sekolah" ungkapnya kepada hallobanua.com, Sabtu,  (09/11/2024).

Upacara itu kata dia rutin digelar, untuk mengenang perjuangan 9 pejuang tersebut, mempertahankan kemerdekaan di Kalimantan Selatan (Kalsel).

Pria paruh baya itu pun berharap, semangat perjuangan pahlawan pada jaman dahulu, bisa di implementasikan oleh warga Kota Seribu Sungai, khususnya anak anak muda di Banjarmasin.

Penulis : rian akhmad
Kota bjm
Baca Juga

Posting Komentar

0 Komentar

Hallobanua

Follow Instagram Kami Juga Ya