hallobanua.com, BANJARMASIN - Sejak penutupan Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) Basirih pada 1 Februari lalu, ribuan ton sampah tak terolah menumpuk di berbagai Tempat Pembuangan Sementara (TPS) di Banjarmasin.
Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Banjarmasin mencatat sekitar 450 ton sampah dihasilkan setiap harinya. Dalam 10 hari saja, tumpukan sampah yang tidak terkelola mencapai 4.500 ton.
Kepala DLH Kota Banjarmasin, Alive Yousfah Love mengatakan, pihaknya tengah berupaya mengatasi masalah ini.
Salah satu langkah yang dilakukan adalah pengarungan sampah untuk mencegah luapan dan bau yang menyebar.
Sebanyak 10 ribu karung telah disiapkan untuk ditempatkan di Stasiun Peralihan Antara (SPA).
"Kami terus mengevaluasi tumpukan sampah setiap hari. Untuk mengatasi masalah ini, kami melakukan pengarungan agar sampah tidak meluber dan menimbulkan bau yang tidak sedap," ujar Alive, Kamis (13/02/2025).
Tak hanya itu, DLH juga akan memaksimalkan fungsi rumah maggot sebagai tempat pengolahan sampah organik.
Ratusan pemulung yang sebelumnya bekerja di TPA Basirih juga diberdayakan untuk membantu penanganan tumpukan sampah.
"Kami memberdayakan sekitar 200 pemulung yang kehilangan pekerjaan setelah penutupan TPA Basirih untuk membantu melakukan pengarungan sampah," jelasnya.
Alive juga mengimbau masyarakat untuk memisahkan sampah organik dan non-organik dengan menggunakan kantong plastik berwarna berbeda.
Kantong plastik putih untuk sampah non-organik dan kantong plastik merah untuk sampah organik. Imbauan ini juga ditujukan kepada rumah makan, kafe, dan restoran.
"Kami mengimbau masyarakat, rumah makan, kafe, dan restoran untuk memisahkan sampah organik dan non-organik serta menggunakan kantong plastik yang berbeda," pungkasnya.
Terkahir, dirinya memastikan jika DLH Banjarmasin terus berupaya mencari solusi terbaik untuk mengatasi masalah sampah ini.
"Kita juga mengimbau masyarakat untuk mengurangi produksi sampah dan lebih peduli terhadap lingkungan," tutup Alive.
Penulis : rian akhmad
Kota bjm