hallobanua.com, BANJARMASIN - Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Banjarmasin menunjukkan keseriusan dalam membenahi sanitasi di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Basirih.
Progres signifikan dalam penanganan temuan terkait sanitasi ini menjadi salah satu poin utama dalam evaluasi kinerja DLH oleh Asisten II beserta tim penilai dari bidang keuangan dan tenaga kerja, yang memberikan penilaian cukup baik secara keseluruhan.
Perhatian khusus diberikan pada tindak lanjut temuan dari kunjungan Direktur Jenderal Cipta Karya sebelumnya terkait kondisi TPA.
Kepala DLH Banjarmasin, Alive Yosfah Love nenjelaskan bahwa sebagian besar temuan tersebut telah ditangani.
"Dari 22 temuan saat kunjungan Dirjen sebelumnya, 19 di antaranya sudah ditindaklanjuti, sementara 3 sisanya masih dalam tahap pengerjaan, yang mencakup 10 kegiatan tambahan," ungkap Alive di Balai Kota, Rabu (07/05/2025).
Lebih lanjut, Alive merinci bahwa fokus saat ini tertuju pada perbaikan sanitasi yang mendasar di TPA.
"Tiga temuan ini termasuk pekerjaan berat seperti pemisahan air lindi dan air hujan, serta pembangunan zona-zona di TPA," jelas Alive.
Kompleksitas pekerjaan ini mendorong DLH untuk mengajukan permohonan perpanjangan waktu kepada pemerintah pusat.
"Karena itu, kita akan bersurat kembali ke Kementerian Lingkungan Hidup untuk meminta perpanjangan waktu," sambungnya.
Meskipun demikian, DLH juga tidak mengesampingkan penanganan sampah di wilayah kota.
Program 100 hari kerja terus berjalan dengan fokus pada penertiban Tempat Pembuangan Sementara (TPS) liar.
"Alhamdulillah, saat ini kita sudah mulai melihat hasilnya. Beberapa titik sudah menjadi fokus perhatian, seperti di Kampung Gedang, Cemara, HKSN, dan besok akan dilanjutkan ke Navigasi Belitung, khususnya TPS liar yang akan kita eksekusi," kata Alive.
Upaya lain dalam pengelolaan sampah juga terus dilakukan, termasuk pembenahan TPS dan pengembangan fasilitas pengolahan sampah skala kecil.
"Saat ini ada sekitar 21 TPS 3R, PDU Rumah Kompos, dan Rumah Cacah yang sudah berfungsi," ucapnya.
Ia mengakui bahwa operasional saat ini masih banyak mengandalkan tenaga manual, namun optimalisasi akan terus diupayakan.
Terkait kendala perbaikan sanitasi TPA, Alive menyoroti pentingnya perencanaan yang matang sebelum pembangunan.
"Kita tidak bisa langsung membangun tanpa perencanaan matang. Perlu waktu sekitar tiga bulan untuk menyusun perencanaan, sebelum masuk ke tahap penganggaran dan pembangunan," pungkasnya.
Meski demikian, pengelolaan air lindi tetap menjadi prioritas sambil menunggu terealisasinya pemisahan total dengan air hujan sebagai target jangka menengah.
Penulis : rian akhmad
Kota bjm