Kondisi SDN Pengambangan 10 Banjarmasin Butuh Perbaikan Segera


hallobanua.com, BANJARMASIN - SDN Pengambangan 10 Banjarmasin masih sangat membutuhkan perhatian dari Pemko Banjarmasin.

Terletak di bantaran Sungai Martapura, Jalan Simpang Pengambangan, RT 10, Kelurahan Pengambangan, Banjarmasin Timur, sekolah ini hanya bisa dijangkau dengan menyusuri titian kayu sepanjang 500 meter.

Di dalam kelas, alat pel menjadi pemandangan akrab bagi murid dan guru, karena lantai sekolah kerap lembab dan kotor karena luapan air sungai. 

Nor Alinah, Kepala SDN Pengambangan 10 Banjarmasin, menjelaskan bahwa kerusakan ini telah terjadi bertahun-tahun. 

"Kerusakan ini sudah berlangsung menahun. Sudah seperti ini sejak pertama kali saya bertugas di tahun 2022. Makin memburuk sejak dua tahun terakhir," ujarnya Rabu (16/07/2025).

Sekolah ini memiliki dua bangunan utama. Bangunan pertama, yang menjadi lokasi kelas 1, 2, dan 3 serta ruang guru, terbuat dari beton karena pernah direnovasi setelah rusak diterjang puting beliung beberapa tahun lalu. 

Namun, kondisi kontras terlihat pada bangunan kedua yang digunakan untuk kelas 4, 5, dan 6.

Bangunan kedua, yang terbuat dari kayu, telah lapuk parah akibat sering terendam air. Dinding salah satu kelas bahkan sudah jebol, memungkinkan hewan seperti biawak hingga ular datang di tengah jam pelajaran.

Bangunan ini juga tak memiliki jendela yang layak, hanya ventilasi besar dengan kawat yang sudah jebol, sehingga air hujan mudah masuk dan membasahi ruangan.

Kondisi ruang perpustakaan pun tak kalah mengenaskan, lebih menyerupai gudang dengan plafon berlubang. Konon, ular pernah bersarang di sana. 

"Kulit ularnya saja masih ada di bagian langit-langit ruangan," ungkap Nor Alinah.

Fasilitas yang serba minim ini disinyalir menjadi penyebab utama anjloknya jumlah siswa baru dari tahun ke tahun. 

Untuk tahun ajaran 2025/2026, SDN Pengambangan 10 hanya berhasil menjaring 11 pendaftar dari kuota 28 murid. 

Padahal, dari segi akademik, sekolah ini memiliki rapor yang membanggakan. Dari enam indikator penilaian pendidikan literasi, numerasi, akar masalah, iklim kebhinekaan, kualitas pembelajaran, dan keamanan, semuanya masuk kategori hijau, kecuali iklim keamanan yang berstatus kuning. 

"Mungkin karena kondisi bangunannya seperti ini," tutur Nor Alinah.

Lantas, perbaikan kecil-kecilan sempat dilakukan secara swadaya menggunakan dana pribadi para guru.

"Namun tak pernah bertahan lama, rusak lagi," keluhnya.

Nor Alinah pun berharap pondasi bangunan dapat ditinggikan agar air sungai tidak lagi masuk ke dalam kelas saat pasang.

Selain itu, material bangunan kayu yang lapuk juga harus segera diganti demi keselamatan murid dan guru.

"Supaya anak-anak tak harus mengepel setiap pagi sebelum belajar," pintanya. 

Penulis : rian akhmad
Kota bjm
Baca Juga

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama
Hallobanua

Follow Instagram Kami Juga Ya