Sembahyang Cioko di Banjarmasin: Tradisi Berbagi dan Mendoakan Arwah Leluhur

hallobanua.com, BANJARMASIN - Kelenteng Soetji Nurani di Banjarmasin merayakan Sembahyang Cioko, sebuah ritual tahunan untuk menghormati leluhur dan roh-roh yang tidak memiliki keluarga, pada Sabtu (06/09/2025). 

Acara ini merupakan tradisi Tionghoa yang juga dikenal sebagai Sembahyang Rebutan atau Sembahyang Hantu Kelaparan, dilakukan setiap tanggal 15 bulan 7 Imlek.

Perayaan ini menjadi momen penting bagi umat Tridharma untuk mendoakan para arwah dan berbagi rezeki. 

Dari panatauan media ini, berbagai sesajen disiapkan, mulai dari buah-buahan, makanan tradisional, hingga replika pakaian dan uang kertas yang akan dibakar.

Puluhan umat pun memadati area kelenteng untuk mengikuti prosesi sembahyang, yang dipimpin oleh rohaniwan setempat.
Menurut Wakil Ketua Kelenteng Soetji Nurani, Djohan Jawono, Sembahyang Cioko memiliki makna yang mendalam. 

Ia menjelaskan bahwa menurut kepercayaan tionghoa, pada bulan ini semua pintu arwah dibuka.

"Jadi kami menyembahyangi leluhur kami, dan arwah yang menderita. Makanya kita berikan pelimpahan jasa ini," ujarnya kepada awak media.

Perayaan ini lanjut dia, tidak hanya ditujukan untuk para leluhur, tetapi juga untuk memberikan persembahan kepada roh-roh yang terlantar.

"Jadi prosesi kita hari ini mempersembahkan berupa persembahan berupa replika koper, baju dan uang. Dengan visualisasi pemberian ini diberikan untuk mereka di alam sana," jelasnya.

Terakhir, dirinya pun berharap dengan adanya Sembahyang Leluhur ini, dapat mengharapkan kedamaian bagi masyarakat dan negara.

"Kami berharap, melalui perayaan ini, keberkahan dapat dirasakan oleh semua, dan kita bisa terus menjalin kerukunan antarumat beragama di Banjarmasin," tutupnya.

Penulis : rian akhmad
Kota bjm
Baca Juga

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama
Hallobanua

Follow Instagram Kami Juga Ya