Penghargaan Lingkungan Tak Bikin Banjarmasin Lengah, Food Waste dan Ruang Terbuka Hijau Jadi Sorotan

​hallobanua.com, BANJARMASIN - Kota Banjarmasin baru saja memberikan apresiasi bagi para stakeholder lingkungan dalam ajang Environment Award 2025. 

Namun, di tengah perayaan tersebut, masih banyak permasalahan lingkungan di "Kota Seribu Sungai" ini masih menjadi Pekerjaan Rumah (PR) besar yang mendesak untuk ditangani, terutama terkait isu sampah dan penyempitan ruang terbuka hijau.

​Kepala Dinas Lingkungan Hidup Banjarmasin, Alive Yoesfah Love, menyoroti dampak tak terhindarkan dari pertumbuhan penduduk dan usaha terhadap lingkungan yang semakin tertekan. 

Dengan luas wilayah yang sangat sempit—sekitar 98 kilometer persegi dan kepadatan penduduk mencapai 1.500 jiwa per kilometer persegi, daya dukung dan daya tampung lingkungan kota dinilai sudah mencapai batasnya.

​"Perkembangan usaha dan penduduk itu pasti akan berdampak terhadap lingkungan karena kita ketahui Banjarmasin itu ruasanya sangat sempit dan daya dukung daya tampung kita kan tidak bisa ditambah lagi," ujarnya usai kegiatan di HBI Banjarmasin, Selasa (02/12/2025).

​Ia menyebutkan dua PR utama, yakni pengelolaan sampah dan ruang terbuka hijau (RTH) yang semakin berkurang.
Terkait sampah, Alive menyampaikan pesan yang menyentuh ranah agama dan kesadaran pribadi.

​"Untuk sampah, tadi sudah disampaikan Ibu Wakil, kita harus mulai dari diri kita sendiri, memilah sampah dan jangan makan berlebihan, jangan sampai menyisakan. Itu pun dalam agama kita kan mubazir. Siapa yang mubazir itu sangat tidak disukai," tegasnya.

​Sementara itu, Wakil Wali Kota Banjarmasin, Ananda, menggarisbawahi urgensi penanganan sampah, terutama sampah makanan (food waste) yang merupakan komponen dominan.
"Sesuai dengan data yang kita punya, sampah Banjarmasin itu banyak sampah organik dan berasal dari food waste. Kita kan banyak restoran, kita banyak hotel, food and beverage, dan itu juga banyak sampah dari rumah," jelas Ananda.

​Wakil Wali Kota secara khusus menyampaikan pesan keras kepada masyarakat untuk mengubah perilaku konsumsi. 

"Soal makan, stop boros, jangan boros. Makan sesuai takaran, makan sesuai porsi," serunya.

​Meskipun apresiasi diberikan dan rencana besar seperti pengadaan heksah helik untuk penanganan sampah didorong, Ananda sepakat bahwa keberhasilan penanganan lingkungan di Banjarmasin sangat bergantung pada perubahan perilaku kolektif, dimulai dari langkah sederhana: mengendalikan pemborosan makanan dan memilah sampah dari sumbernya.

Penulis : rian akhmad
Kota Bjm
Baca Juga

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama
Hallobanua

Follow Instagram Kami Juga Ya