Tekan Angka Stunting di Banjarmasin, DPPKBPM Kaji dan Audit Stunting Bersama Pakar

hallobanua.com, BANJARMASIN - Penanganan dan pencegahan stunting pada anak masih menjadi perhatian penuh oleh  Pemerintah Kota (Pemko) Banjarmasin. 

Teranyar, Dinas Pengendalian Penduduk, Keluarga Berencana dan Pemberdayaan Masyarakat (DPPKBPM) Kota Banjarmasin melaksanakan audit kajian bersama tim pakar terkait kasus stunting di Kota Banjarmasin, Rabu (03/08/22). 

Diketahui, stunting  merupakan masalah kurang gizi kronis yang disebabkan oleh kurangnya asupan gizi dalam waktu yang cukup lama. Sehingga mengakibatkan gangguan pertumbuhan pada anak yakni tinggi badan anak lebih rendah atau pendek (kerdil) dari standar usianya. 

Menurut Kepala DPPKBPM Kota Banjarmasin Helfiannoor, kegiatan ini merupakan langkah pihaknya menekan angka stunting di Kota Seribu Sungai.
 
"Jadi rencananya aksi ini ada beberapa tahap, salah satunya dilaksankan audit stunting ini," ujar Helfian, Rabu (03/08/22). 

Audit stunting ini sendiri kata dia, para tim pakar mengambil sample dari 14 kelurahan yang menjadi locus penurunan angka stunting. 

"Dan kemarin para tim pendamping dan perwakilan audit dari BKKBN Provinsi turun kelapangan selama 5 hari, mendata terkait faktor keluarga beresiko stunting seperti ibu hamil, calon pengantin, balita dan pasca melahirkan," katanya. 

Dari beberapa faktor itulah, kata Helfian, data dimasukkan kedalam etos kerja dan menghasilkan data yang dapat dianalisis menjadi sumber pengambilan kebijakan terkait penanganan stunting oleh Pemko Banjarmasin. 

"Jadi kebijakan kita ambil lebih tepat kemudian sesuai dengan kondisi yang ada dilapangan," jelasnya. 

Ia membeberkan, saat ini angka prevalensi stunting di Kota Banjarmasin yaitu sebesar 27,8 persen. Adapun perhitungan kata Helfian yaitu sampai akhir tahun. 

Sementara itu, salah satu tim pakar dari RS Sultan Suriansyah Banjarmasin, dr Ati Rahmipurwandari mengungkapkan, ada beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya stunting pada masyarakat. 

"Multifaktor ya, tidak 1 faktor saja. Pertama kita lihat dari tingkat pendidikan keluarga, bisa jiga dari sisi ekonomi, dan dari penyakit tidak teratasi. Jadi itu beberapa faktor yang mempengaruhi," paparnya. 

"Masalah sanitasi juga berpengaruh, karena itu berpebgaruh kemampuan infeksi. Kalau sanitasi jelek, otomatis infeksi meningkat seperti diare," sambungnya. 

Ia pun menghimbau masyarakat agar membawa bayinya yang baru lahir ke pusat kesehatan masyarakat untuk mendapatakan imunisasi. 

Penulis : rian akhmad/ may
Kota bjm
Baca Juga

Posting Komentar

0 Komentar

Hallobanua

Follow Instagram Kami Juga Ya