hallobanua.com, BANJARMASIN - Renovasi bangunan dan penataan kawasan langgar Al Hinduan, mendapat sambutan positif dari masyarakat sekitar.
Abdurrahim, pengurus sekaligus imam di Langgar Al Hinduan mengatakan, merasa bersyukur Langgar AL Hinduan bisa direhabilitasi total oleh Pemko Banjarmasin.
Mengingat, bangunan yang dulunya pernah dijadikan tempat Muktamar Nahdlatul Ulama (NU) pertama di Kalimantan Selatan (Kalsel) itu sudah tidak representatif lagi.
"Lantainya tampak miring dan kalau air pasang lantainya terendam. Kami juga sudah pernah meninggikan lantai sekitar 20 sentimeter," ungkapnya saat ditemui di rumahnya, Rabu (16/8/2023).
Benar saja, terlihat di lapangan hampir 80 persen bangunan sudah rata dengan tanah. Bahkan salah satu alat berat eksavator melakukan pengerukan di tanah sekitar kawasan itu.
Akan tetapi, ada satu bagian yang belum dibongkar oleh pekerja di lapangan. Yakni teras Langgar. Benar saja karena diketahui bagian tersebutlah ternyata diduga ada benda cagar budaya bersejarah tersembunyi yakni meriam.
Abdurrahim pun menerangkan, awalnya benda itu pernah terlihat saat proses rehab bangunan pada tahun 1987 sampai 1989 silam.
"Sempat kita melihat benda tersebut besarnya seperti drum, tertaman ditanah. Karena posisinya tertanam di dalam tanah, makanya tetua dahulu tidak berani mencabutnya karena takut tanahnya ables. Dan para tetua pun tidak melapor juga kepemerintah. Lalu ditimbun lagi saat renovasi," ujar pria disebut Guru Rahim itu.
Lantas, pria 51 tahun itu pun menginformasikan hal itu ke Wali Kota, Ibnu Sina. Sehingga proses rehabilitasi Langgar Hinduan dikerjakan secara hati-hati.
"Menurut keterangan beliau (Wali Kota) ada 4 meriam. 2 sudah dapat, dan satunya kemungkinan disini. Makanya dipanggil arkeolog untuk meneliti kebenarannya," tuturnya.
Diketahui, Langgar Al Hinduan adalah sebuah bangunan langgar berlantai dua, terletak tepi Jalan Piere Tendean, Banjarmasin Tengah, Kota Banjarmasin.
Dengan luas sekitar 150 meter per segi berdiri mentereng di pinggir jalan, menghadap ke Sungai Martapura yang dulunya didominasi cat warna hijau dan putih pada bagian depan dan dinding.
Dalam catatan sejarah Langgar Al Hinduan juga mendapat sebutan Langgar Batu juga menjadi saksi bisu perkembangan Nahdlatul (NU) Ulama Cabang Banjarmasin pada 1937 silam.
Penulis : rian akhmad/ may
Kota bjm