hallobanua.com, BANJARMASIN - Tepat tanggal 10 November 2023 hari ini, negeri ini menjadikannya sebagai Hari Pahlawan Nasional.
Catatan sejarah, pada tanggal 10 November 1945 lalu, terjadi pertempuran di Surabaya, Jawa Timur yang merupakan pertempuran besar antara pihak tentara Indonesia dan pasukan Inggris.
Pertempuran itu pun merupakan perang pertama pasukan Indonesia dengan pasukan asing setelah Proklamasi Kemerdekaan Indonesia dan satu pertempuran terbesar dan terberat dalam sejarah Revolusi Nasional Indonesia yang menjadi simbol nasional atas perlawanan Indonesia terhadap kolonialisme.
Namun tahukah jika pada tanggal 9 November juga ada catatan sejarah pertempuran di Kalimantan Selatan, tepatnya di Kota Banjarmasin.
Satu hari sebelum peristiwa pertempuran 10 November 1945 di Kota Surabaya, perlawanan terhadap tentara sekutu yang ingin kembali menguasai Indonesia yang baru merdeka sekitar 3 bulan berlangsung sengit di Kota Banjarmasin.
Tercatat ada 9 pejuang Barisan Pemberontakan Republik Indonesia Kalimantan (BPRIK) yang gugur dalam penyerangan besar-besaran ke markas tentara Netherlands Indies Civil Administration (NICA) atau Pemerintahan Sipil Hindia Belanda yang berlokasi di Jalan D.I Pandjaitan, Kecamatan Banjarmasim Tengah, yang saat ini sudah menjadi Mako Polda Kalimantan Selatan.
Para pejuang dari Banjarmasin tersebut yakni Badran (22), Badrun (27), Utuh (58), Umar (58), Ta'im (58), Jumain (57), Sepa (56), Dullah (56) dan Pak Ma'ruf (45).
Kesembilan nama itu saat ini diabadikan di dua tempat, yakni di Monumen 9 November 1945 di Jalan Banua Anyar dan di prasasti kecil di Jalan D.I. Pandjaitan atau tepat di depan Kantor Pelayanan Kekayaan Negara dan Lelang (KPKNL) Banjarmasin.
Penyerangan berlangsung pada Jumat siang, tak lama setelah salat Jumat berakhir.
Dari catatan sejarah, pertempuran yang melibatkan banyak pejuang dari berbagai penjuru Kota Banjarmasin itu berlangsung hingga petang.
Tidak hanya menggunakan senjata api, para pejuang juga menggunakan senjata tradsional, seperti mandau dan parang, untuk mempertahankan kemerdekaan Indonesia yang ingin kembali direbut oleh penjajah.
Meski hanya dengan senjata sederhana dan tidak seimbang karena tentara NICA mengerahkan senjata otomatis dan panser-pansernya, akan tetapi semangat perjuangan itu patut dirawat dan dipupuk sampai nanti dan diceritakan turun temurun.
Imur, salah satu warga Pengambangan mengaku jika setiap tanggal 9 November, warga sekitar menggelqr upacara di Tugu 9 November, Jl. 9 November RT. 11, Kelurahan Bwnua Anyar, Kecamatan Banjarmasin Timur.
"Kemarin warga sudah upacara memperingati para pejuang," ungkapnya kepada hallobanua.com, Jumat (10/11/2023).
Upacara itu kata dia rutin digelar, untuk mengenang perjuangan 9 pejuang tersebut, mempertahankan kemerdekaan di Kalimantan Selatan.
"Bahkan kalau warga ada lebih rezeki, biasanya ada juga peringatan haul buat pejuang itu," tuturnya.
Ia pun berharap, semangat perjuangan pahlawan pada jaman dahulu, bisa di implementasikan oleh warga Kota Seribu Sungai, khususnya anak anak muda di Banjarmasin.
Penulis : rian akhmad
Kota bjm