hallobanua.com, BANJARMASIN – Sebagai upaya mendukung swasembada pangan nasional, Kementerian Pertanian (Kementan) RI berencana menjalankan program Cetak Sawah Rakyat (CSR).
Bahkan Kementan menarget Provinsi Kalimantan Selatan (Kalsel) dapat mencetak lahan pertanian seluas 530 ribu Hektare (Ha) untuk program CSR tersebut.
Total 530 Ha itu dibagi pada 13 kabupaten atau kota di Kalsel dengan target luas yang berbeda-beda.
Kabupaten Kotabaru menjadi daerah dengan target terluas, yakni 94 736 Ha, disusul Tabalong dengan 84.706 Ha, dan Hulu Sungai Selatan 58.987 Ha.
Kemudian ada Kabupaten Tapin seluas 41.995 Ha, dan Hulu Sungai Utara seluas 40.252 Ha, Tanah Laut seluas 36.274 Ha, dan Barito Kuala seluas 32.602 Ha.
Selanjutnya ada Tanah Bumbu dengan luas 26.825 Ha, Banjar seluas 26.103 Ha, Hulu Sungai Tengah seluas 23.611 Ha, dan Banjarbaru seluas 11.434 Ha.
Sementara Banjarmasin diberikan target yang paling sedikit, yakni hanya memiliki 1.321 hektar. Meski paling sedikit, hal itu akan sulit terealisasi di Kota Banjarmasin.
Kepala Dinas Ketahanan Pangan, Pertanian, dan Perikanan (DKP3) Banjarmasin, Yuliansyah mengatakan, karena Banjarmasin terkendala ketersediaan lahan kosong yang nyaris habis.
"Ketika kami overlay peta rencana tata ruang wilayah (RTRW) ternyata memang tidak ada lahan lagi yang bisa dicetak," ujarnya belum lama tadi.
Lahan kosong, kata dia, memang ada. Tapi semua sudah ada peruntukkannya masing-masing.
"Ada yang untuk perumahan, industri, dan lain-lain," bebernya.
Perihal lahan yang terbatas ini bahkan sudah diutarakan ke pihak Kementan jauh-jauh hari.
"Sebelum Menteri Pertanian, Andi Amran Sulaiman datang ke Kalsel, persoalan ini sudah disampaikan," ucapnya.
Di sisi lain, luas lahan pertanian di Banjarmasin terus menyusut, kini tersisa sekitar 2.500 hektar.
Dari jumlah tersebut, hanya 683 hektar yang harus dipertahankan sebagai lahan sawah, sesuai dengan Keputusan Menteri ATR/BPN tentang penetapan Lahan Sawah Dilindungi (LSD).
"Di luar 683 hektar itu memang bukan lahan sawah, tetapi masih dimanfaatkan untuk bertani. Namun, besar kemungkinan lahan ini akan dialihfungsikan sewaktu-waktu," jelasnya.
Faktor utama di balik sedikitnya lahan pertanian di Banjarmasin adalah karena kota ini tidak dirancang sebagai daerah penyangga pangan.
"Banjarmasin lebih dikenal sebagai kota industri dan perdagangan, bukan kota pertanian," jelasnya.
Selain itu, pertumbuhan jumlah penduduk dan meningkatnya kebutuhan akan perumahan juga memperkecil luas lahan pertanian.
Dikutif data dari Dinas Perumahan Rakyat dan Kawasan Permukiman (DPRKP) Banjarmasin, luas kawasan kompleks perumahan di kota ini mencapai 11,85 km² atau sekitar 12,04 persen dari total wilayah Banjarmasin.
"Faktor lainnya juga disinyalir lantaran profesi petani yang sudah tidak lagi menggiurkan bagi masyarakat perkotaan," pungkas Yuliansyah.
Penulis : rian akhmad
Kota bjm
0 Komentar