hallobanua.com, BANJARMASIN - Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Kalimantan Selatan memperingatkan potensi meningkatnya bencana hidrometeorologi seiring puncak musim hujan yang diprediksi berlangsung pada akhir Desember hingga Januari.
Hal ini disampaikan oleh Prakirawan Stasiun Meteorologi Kelas II Syamsudin Noor, Rimelda Yuni Hasteti, pada Jumat (6/12/2024).
Menurut Rimelda, faktor cuaca ekstrem yang terjadi saat ini dipengaruhi oleh gabungan kondisi regional dan lokal. Salah satu pemicu utama adalah fase keempat Madden-Julian Oscillation (MJO), sebuah fenomena atmosfer global yang meningkatkan penumpukan massa udara basah di wilayah Indonesia, termasuk Kalimantan Selatan.
"Kondisi atmosfer saat ini menunjukkan nilai kelembapan udara yang tinggi dari lapisan permukaan hingga 500 milibar, yang memicu hujan lebat, angin kencang, dan potensi banjir," ujarnya.
Ia menjelaskan bahwa karakteristik lokal Kalimantan Selatan, seperti banyaknya rawa gambut dan sungai, turut memperbesar risiko bencana hidrometeorologi.
"Daerah ini rawan genangan air dan luapan sungai jika intensitas hujan tinggi," ungkapnya.
Meski fenomena La Nina global berada dalam kondisi lemah, dinamika atmosfer lokal dan regional tetap berperan signifikan dalam memicu cuaca ekstrem.
"Kondisi labilitas udara yang cukup kuat juga berkontribusi terhadap terjadinya hujan disertai petir dan angin kencang," jelas Rimelda.
BMKG menegaskan pentingnya kesiapsiagaan masyarakat untuk meminimalkan dampak dari potensi bencana. Rimelda mengimbau warga agar mengurangi aktivitas di luar ruangan selama hujan deras, serta menghindari area berisiko seperti di bawah pohon-pohon tinggi.
"Kami terus memberikan pembaruan informasi cuaca secara dini melalui media sosial, WhatsApp, Instagram, dan situs web BMKG," tutupnya.
penulis krisna
Kalsel
