Polda Kalsel Gelar Kajian Terkait Kezaliman Bersama DKM Imam Syafi'i


hallobanua.com,  BANJARMASIN - Polda Kalimantan Selatan bekerja sama dengan Dewan Kesejahteraan Masjid (DKM) Imam Syafi'i, menyelenggarakan kajian tematik dengan tema "Menghancurkan dan Membinasakan Harta Orang Lain Merupakan Kezaliman yang Diharamkan dalam Islam", Selasa (21/02/2023) malam. 

Kajian diisi Ustaz Arif Usman Anugraha, yang mengingatkan jemaah agar senantiasa bersyukur atas keamanan yang saat ini dinikmati, yang merupakan kenikmatan yang sangat besar oleh Allah Swt. 

"Dengan itu kita bisa beribadah dengan tenang dan nyaman meskipun kadang kekurangan dalam konsumsi makanan atau minuman. Namun dengan kesadaran tersebut, kita masih bisa merasakan kenikmatan dan kenyamanan, dengan catatan kita hidup di tengah keamanan dan damai," ungkapnya. 

Oleh karena itu tegas Ust. Arif, keamanan ini harus dijaga, sebagai bentuk mensyukurinya adalah dengan meyakini bahwa ini adalah kenikmatan dari Allah SWT. 

"Selain mengucapkan rasa syukur, juga dibuktikan dengan perbuatan, berupaya menjaga kemananan dengan melakukan hal yang baik sesuai tuntutan ajaran Islam dengan menjauhkan dari perkara yang diharamkan," terangnya. 

          Ustadz Arif Usman Anugraha

Selain itu Ust. Arif menguraikan tentang 3 jenis kezaliman, yaitu kezaliman atas hak Allah Swt. Yaitu zalim dengan tidak menjalankan kewajiban hak perintah Allah Swt. Kedua, kezaliman kepada diri sendiri, yaitu zalim berbuat kemaksiatan mengikuti syahwat nafsu. 

"Ketiga, kezaliman kepada orang lain. Ini zalim yang sangat berbahaya, seperti memakan harta orang lain, menghina, merendahkan orang lain," bebernya. 

Sementara itu, Anggota Direktorat Intelkam Polda Kalsel Iptu Agus Murti Widodo, mengucapkan terima kasih kepada Yayasan Al Umm dan DKM Imam Syafi'i atas kajian rutin yang selama ini berjalan. 

"Kami hanya berpesan untuk bersama-sama menjaga situasi keamanan dan ketertiban masyarakat di wilayah Kalsel agar aman dan kondusif, serta membantu dalam menanggulangi intoleransi, radikalisme, dan terorisme," bebernya. 

Karena menurut Iptu Agus, intoleransi awal terbentuknya radikalisme, kemudian ekstremisme, dan terakhir dalam bentuk terorisme. 

"Artinya, intoleransi adalah benih dari radikalisme dan terorisme," jelasnya. 

Untuk itu ajak Iptu Agus, tindakan antisipasi bisa dilakukan sejak dini hingga pendidikan tinggi. 

Tim liputan/ may
Kota bjm
Baca Juga

Posting Komentar

0 Komentar

Hallobanua

Follow Instagram Kami Juga Ya