hallobanua.com, BANJARMASIN - Tingginya angka kekerasan terhadap perempuan dan anak di Kota Banjarmasin turut menjadi perhatian komunitas Perempuan Mahardika Kalimantan Selatan (Kalsel).
Menurut Koordinator Lapangan Perempuan Mahardika Kalsel, Fitria Anggreni, pihaknya meminta dukungan seluruh masyarakat terhadap aksi kekerasan yang dialami perempuan dan anak.
"Pertama kami butuh dukungan masyarakat. Karena kita akui, kami masih sulit untuk mengakses kegiatan, contohnya seperti aksi damai ini," ungkapnya, Sabtu (20/05/23).
Perempuan Mahardika Kalsel sendiri mengadakan Aksi Damai Mimbar Perempuan Muda Banjarmasin di kawasan Siring Piere Tendean.
Dalam aksi damai itu, mereka turut mengingatkan kembali, kejadian bulan Mei pada tahun 1998 dan 1999.
Seperti peristiwa kelam kekerasan terhadap perempuan diantaranya adalah Pembunuhan Marsinah pada 30 tahun yang lalu (8 Mei 1993), tragedi perkosaan Mei 1998, dan peristiwa 25 tahun Reformasi 1998.
Fitria bilang, saat ini pun masih banyak terjadi kekerasan terhadap perempuan dan anak. Namun menurutnya saat ini kata dia kurang partisipasi dari masyarakat.
"Masyarakat mungkin masih merasa tabu dengan hal seperti ini. Sepertinya masih banyak yang menganggap perempuan itu makhluk yang lemah. Makanya dengan aksi damai ini untuk membuka ruang untuk perempuan," tuturnya.
Tak hanya itu, peristiwa pada Mei di orde baru lalu kata dia tentu menggunakan kekerasan dan secara spesifik kekerasan terhadap perempuan serta pembungkaman terhadap kebebasan berfikir dan berorganisasi, untuk melanggengkan kekuasaan yang otoriter dan merampas kesejahteraan rakyat.
"Tentunya aksi damai ini sebagai bentuk aspirasi kaum perempuan. Karena kami ingin memflashback kembali bahwa perempuan dulu pernah mempunyai sejarah kelam, seperti pemerkosaan dan Marsinah," pungkasnya.
Ia pun berharap, perempuan-perempuan mendapat perlakuan dan hak yang layak dan terhindar dari diskriminasi.
Penulis : rian akhmad/ may
Kota bjm
0 Komentar